Syabab.Com - Gencatan senjata demi keamanan Israel untuk jangka waktu yang lama yang diinginkan Israel akhirnya terpenuhi. Para penguasa di negeri-negeri Muslim tetangga Gaza bukannya mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah Israel yang telah mencaplok tanah milik kaum Muslim itu, namun berlomba-lomba untuk berdiplomasi, saling kunjung mengunjungi, saling berkomunikasi demi sebuah gencatan senjata.
Presiden Palestina Mahmud Abbad yang telah menjadi antek Amerika Serikat memuji dan mengucapkan selamat kepada Perdana Menteri Ismail Haniya atas kemenangannya dan menyampaikan bela sungkawa.

"Presiden salut atas keteguhan (Palestina) dalam menghadapi agresi (Israel) dan menekankan pentingnya mencapai gencatan senjata dan menghindarkan Gaza dari bencana perang," kata Wafa.
Amerika Puji Mesir

Sebagai teman setia Israel, Amerika Serikat akan senantiasa mendukung apa pun yang diinginkan Israel. Amerika Serikat memuji upaya diplomatik secara intensif Presiden Mesir, Mohammed Moursi, sehingga keinginan Israel terpenuhi, yakni amannya zona selatan untuk jangka waktu yang lama, ketika Israel perlu fokus mengamankan zona utara mengingat menguatnya kemenangan para tentara mujahidin Syam.

"Amerika Serikat sangat menghargai keberhasilan pemerintah dan Presiden Moursi mencapai kesepakatan dengan pihak Palestina dan Israel dalam gencatan senjata," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, dalam jumpa pers dengan timpalannya, Menteri Luar Negeri Mesir, Mohamed Kamel Amr, di Kairo, Rabu malam.

Amr dalam konferensi pers tersebut mengumumkan waktu pemberlakuan gencatan senjata di Jalur Gaza antara Israel dan militan Palestina itu.

Gencatan senjata tersebut sedianya diumumkan pada Selasa (20/110 malam), namun ditunda akibat bersitegang antara Hamas dan Israel. Hamas menginginkan gencatan senjata disertai pencabutan blokade Israel terhadap Jalur Gaza, namun ditolak negeri Yahudi tersebut.

Sejak meletusnya saling serang roket antara Hamas dan Israel pada Rabu silam  (14/11), Mesir melancarkan upaya diplomasi dengan berbagai pihak untuk gencatan senjata.

Moursi sebelumnya menginstruksikan Perdana Menteri Mesir, Hesham Qandil, mengunjungi Gaza dan bertemu dengan Perdana Menteri Hamas, Ismail Heniyeh, untuk menyampaikan solidaritas dan dukungan terhadap rakyat Palestina.

Amr juga berkunjung ke Kota Gaza bersama para menteri luar negeri  Liga Arab yang dipimpin Sekretaris Jenderal Liga Arab dalam upaya serupa.
Amerika Puji Isrel

Selain memuji Mesir, tentu saja, Amerika Serikat juga memuji teman karibnya, Israel. Presiden AS Barack Obama memuji Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Rabu karena setuju untuk mendukung rencana Mesir bagi sebuah gencatan senjata dalam konflik Gaza, kata Gedung Putih.

"Presiden memuji perdana menteri karena setuju dengan usulan gencatan senjata Mesir, yang presiden rekomendasikan supaya diterima perdana menteri, sementara mengulangi pernyataan bahwa Israel mempertahankan hak untuk membela diri," katanya, lapor AFP.

Pernyataan Gedung Putih tersebut mengatakan Obama telah berbicara dengan Netanyahu melalui telepon dan meyakinkan dirinya "bahwa tidak ada negara yang diperkirakan akan menoleransi serangan roket terhadap penduduk sipil."

Ini jelas sikap hipokrit Amerika, di mana di waktu yang sama serangan roket terhadap penduduk sipil oleh Amerika berulangkali menghujani perbatasan Pakistan Afghanistan.

"Presiden menyampaikan apresiasinya terhadap upaya perdana menteri untuk bekerja bersama pemerintah baru Mesir guna mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan dan solusi yang lebih langgeng terhadap masalah ini," kata pernyataan tersebut.

"Presiden mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menggunakan kesempatan yang ditawarkan oleh sebuah gencatan senjata dengan mengintensifkan upaya-upaya guna membantu Israel mengatasi kebutuhan keamanannya, terutama isu penyelundupan senjata dan bahan peledak ke Gaza.

"Presiden mengatakan bahwa dia komit untuk mencari tambahan dana bagi Kubah Besi (Iron Dome) dan program pertahanan rudal AS-Israel lain," tambahnya, menunjuk pada tameng antirudal Israel yang telah menembak sejumlah roket Palestina yang masuk.
Gencatan Senjata untuk Mengamankan Zona Selatan

Perjanjian gencatan senjata Hamas-Israel dicapai Rabu (21/11), sehari setelah diplomasi bolak-balik yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary dan Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon -- yang tercoreng oleh kekerasan lintas batas yang semakin mematikan antara Israel dan para pejuang di Gaza.

Menteri Luar Negeri Mesir Mohammed Kamel Amr, yang berbicara pada jumpa pers bersama Hillary, mengatakan di Kairo, penghentian permusuhan Hamas-Israel mulai berlaku pada Rabu pukul 19.00 GMT (Kamis pukul 02.00 WIB).
Gencatan senjata ini merupakan salah satu upaya Israel untuk mengamankan batas perbatasan di zona selatan, setelah Israel melihat dengan jelas kekuatan para tentara mujahidin yang melawan Bashar al-Assad di Suriah semakin menguat. Maka untuk fokus mengamankan zona utara, terlebih dahulu Israel mengamankan zona selatan dari pertempuran.
Israel meluncurkan ofensif pada 14 November dengan pembunuhan seorang pemimpin militer Hamas. Sejak itu, saling serang antara kedua pihak menewaskan banyak orang, khususnya warga Palestina.

Jumlah orang Israel yang tewas akibat serangan roket dari Gaza mencapai enam sejak 14 November, dua dari mereka prajurit.

Sebanyak 163 orang Palestina tewas selama gempuran udara delapan hari Israel dengan sasaran pejuang Gaza yang menembakkan roket ke negara Yahudi tersebut.

Selama operasi delapan hari itu, militer Israel menyatakan telah menghantam lebih dari 1.500 sasaran, sementara pejuang Gaza menembakkan 1.354 roket ke Israel, 421 diantaranya disergap oleh sistem anti-rudal Iron Dome.
Demikianlah, kondisi umat tanpa keberadaan Khilafah sebagai perisai umat yang akan memobilisasi pasukan untuk membebaskan negeri-negeri Muslim dari cengkraman penjajah. Umat Islam sudah semestinya bersatu padu untuk bersegera mewujudkannya, di mana janin Khilafah tersebut akan segera lahir. Insya Allah. [m/f/ant/syabab.com]

0 komentar:

Posting Komentar